Anti Retroviral (Antivirus HIV) bagian 1


HIV dan Anti AIDS


Kompetensi :

mengategorikan obat-obat berdasarkan penyakit

Indikator Pencapaian Kompetensi:

Merinci obat-obat HIV/AIDS berdasarkan khasiat, efek samping dan cara penggunaannya

Tujuan Pembelajaran :

1. Memahami replikasi virus HIV

2. Memahami penularan dan pencegahan virus HIV 

3. Memahami mekanisme kerja obat HIV/AIDS

4. Mengklasifikasikan obat-obat HIV/AIDS

5. Memahami efek samping dan cara penggunaan obat HIV/AIDS

6. Mampu menyebutkan spesialite obat HIV/AIDS


Fakta :

Sepanjang tahun 2022, kasus HIV/AIDS di indonesia mengalami peningkatan menjadi 9.901 AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan 52.955 kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus).Dilansir dari kataboks.katadata.co.id, dimana kaum laki-laki mendominasi kasus HIV/AIDS tersebut di tanah air dengan jumlah 31.218 kasus dari total HIV di dalam negeri. sedangkan jumlah pengidap HIV dari kalangan perempuan berjumlah 21.737 kasus. sedangkan di tahun 2023, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) mencatat jumlah kasus HIV di indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama januari-September 2023. dari total tersebut, sekitar 454.723 kasus atau 88% sudah terkonfirmasi HIV (ODHIV-Orang  dengan HIV). Menurut usianya, pengidap HIV/AIDS di indonesia mayoritas kelompok usia 25-49 tahun ( total 69,9%) dari total kasus) dan kemudian, antara 20-24 tahun(16,1%), diikuti usia 50 tahun (7,7 %) dan 15-19 tahun (3,4%). kasus HIV/AIDS ini merupakan fenomena  gunung es, dimana jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu jumlah riil dari total yang sebnarnya. apalagi Kemenkes menyebut baru 40% ODHIV yang mendapatkan pengobatan HIV.

  1. Replika Virus HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang dapat menurunkan kekebalan tubuh. sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari virus HIV. HIV merupakan genus retrovirus (retro=terbalik) dan tergolong dalam famili lantivirus. HIV memiliki sifat laten yang lama, masa inkubasi yang lama, replika virus yang persisten, dan keterlibatan dari susunan saraf pusat. ciri khasnya adalah memiliki variasi genetik yang tinggi, mempunyai cara yang unik untuk replikasi serta dapat menginfeksi seluruh jenis vertebrata (DEPKES RI,2006).

seseorang dikatakan HIV+, jika sudah terinfeksi virus tersebut dan di dalam tubuhnya sudah tedeteksi adanya perkembangan virus tersebut.sedangkan penderita HIV/AIDS adalah stadium lanjut dari orang yang telah terinfeksi HIV, yang sudah menunjukkan gejala khusus AIDS.

a. Struktur HIV

Virion HIV berbentuk sferis dengan diameter 80-100 nm dan memiliki inti berbentuk kerucut. dikelilingi oleh membran lipid yang berasal dari sel hospes. Inti virus mengandung protein, dua salinan RNA genom, dan 3 enzim yaitu protease, reverse transcriptase, dan integrase.  Membran lipid mengandung 2 glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV ke dalam sel, yaitu gp 120 dan gp 41.


           b.   Tahapan Replikasi Virus HIV

 Virus HIV bereplikasi(memperbanyak diri) setelah menginfeksi sel targetnya pada CD4 (Cluster of Differentiation). 

Adapun tahapan HIV dalam memperbanyak diri adalah:

1. Virus mengenali (Landing) sel target CD4,lalu berfusi ke dalam sel target.

2. Virus melepaskan materi genetiknya ke dalam sel.

3. Terjadi transkripsi terbalik  RNA menjadi DNA dengan bantuan enzim  Reverse Trancriptase 

4. Integrasi DNA virus ke dalam DNA manusia yang sedang memperbanyak diri (replikasi) dibantu enzim integrase.

5. Terbentuk RNA virus yang ditranslasi menjadi protein besar, kemudian dipecah menjadi protein kecil.

6. Virus Immature melewati membran sel inang dengan mengambil protein pada sel membran (budding) dibantu enzim protease.

7. Virion baru yang menular dilepaskan dari sel target.


2. Penularan dan pencegahan virus HIV 

a. Cara Penularan (transmisi) HIV

HIV terdapat dalam cairan tubuh (saliva, air mata, serepbrosinal dan urin) penderita dan dapat ditularkan melalui berbagai cara.

Cara penularan infeksi HIV terjadi lewat 3 cara utama yaitu seksual, parenteral dan parinatal.

SEKSUAL.

Cara penularan yang paling umum adalah melalui hubungan seksual yaitu melalui hubungan seks baik anal maupun vaginal. Individu yang berisiko tinggi pada hubungan heteroseksual.

PARENTERAL 

Kontak dengan darah orang yang terinfeksi atau melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi seperti pengguna obat terlarang, tindik dan tato yang terkontaminasi HIV.

 PARINATAL (Penularan Vertikal)

Ibu hamil kepada bayi yang akan dilahirkan dengan penyebab utama 90% pada infeksi HIV anak. resiko penularan ibu ke anak (25%) terjadi pada kasus tidak menyusui atau terapi obat ARV (Anti Retrovirus) termasuk pemberian ASI dari ibu yang terinfeksi HIV.

               b. Gejala Klinis infeksi HIV

Gejala klinis infeksi HIV primer sangat bervariasi. tetapi pasien sering mengalami gejala viral (mononucleosis-like illnes) seperti demam, faringitis, adenopati (gangguan kelenjar terutama kelenjar limpa) hingga kelelahan. gejala dapat hilang setelah 2 minggu. sebagian besar anak lahir dengan HIV tanpa gejala. pada pemeriksaan fisik, seringkali menunjukkan gejala yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya seperti, gangguan kelenjar limpa, pembesaram hati, pembesaran limpa, pertumbuhan terganggu, kehilangan berat badan atau lahir kurang berat badan tanpa sebab, hipergamagbulinemia, fungsi sel monokleus(monosit) berubah, dan perubahan rasio sel T. 

Adapun penyakit ini berkembang tanpa gejala hingga menjadi AIDS dengan gejala penurunan berat badan, demam atau berkeringat saat malam, kelelahan atau infeksi berulang.

Secara umum gejala klinis penderita HIV:

1. Demam, lemah/kelelahan, radang tenggorokan (faringitis), penurunan berat badan yang signifikan serta myalgia (nyeri otot)

2. 40-80% menunjukkan bintik merah (rash), morbiliform atau maculopapular

3. Diare, mual dan muntah

4. Limpadenopati, berkeringat di malam hari

5. Meningitis aseptik (demam,pusing, fotofobia, dan kaku leher)

6. Muatan viral (Viral Load) lebih dari 50.000 sel/mL ada orang dewasa atau 500.000 sel/mL pada anak-anak

7. Penurunan limfosit CD4 yang persisten 

(Dipiro,2005)

dikutip dari situs ayosehat.kemkes.go.id, terdapat fase perjalanan alamiah HIV dan tahapan ini perlu diwaspadai agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Diantara tahapan tersebut adalah:

Fase I (Periode Jendela)

-terinfeksi namun dalam pemeriksaan darah belum ditemukan antibodi (anti-HIV)

-penderita dapat menularkan kepada orang lain (sanagat infeksius)

-Viral load HIV sangat tinggi dan limfosit T CD4 menurun tajam."flu like syndrome) terjadi akibat serokonversi dalam darah saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi prime HIV

-Fase ini biasanya berlangsung sekitar 2 minggu sampai 3 bulan sejak infeksi awal.

Fase II (Masa Laten)

-Fase ini bisa disertai gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (asimtomatik)

-Viral Load menurun dan  relatif stabil, namun CD4 berangsur-angsur menurun

-Tes darah antibodi terhadap HIV reaktif, meskipun gejala penyakit belum timbul

-Pada Fase ini, penderita tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain

-tanpa gejala berlangsung 2-3 tahun, masa gejala ringan berlangsung hingga 5-8 tahun

Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung selama 2-3 tahun, sedangkan masa dengan gejala ringan bisa berlangsung hingga 5-8 tahun.

Fase III (Masa AIDS)

-Fase terminal/fse kahir

-kekebalan tubuh menurun drastis

-nilai Viral Load semakin tinggi,  CD4 semakin rendah

-menimbulkan infeksi oportunistik, seperti Tuberkulosis (TBC), Herpes Zoster (HZV), Oral Hairy Cell Leukoplakia (OHL), Kandidiasis Oral, Pneumocystic JIrovecii Pneumonia (PCP), Infeksi Cytomegalovirus (CMV), Papular Pruritic Eruption (PPE), dan Mycobacterium Avium Complex (MAC).

Perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS ditentukan oleh jenis, virulensi virus, dan faktor host (daya tahan tubuh). ada 3 jenis infeksi HIV yaitu rapid progressor (berlangsung 2-5 tahun), average progressor (-15 tahun) dan slo progressor (>15 tahun) setelah infeksi menjadi AIDS.

WHO telah menetapkan stadium klinis HIV/AIDS untuk dewasa maupun anak, yang masing-masing terdiri dari 4 stadium:

Stadium 1 (asimtomatik), stadium 2(Gejala ringan), stadium 3(gejala lanjut) dan stadium 4(gejala berat).

                 c. Pencegahan infeksi HIV

 a. Seksual

Penularan : hubungan seksual yang tidak aman dengan pasangan terinfeksi HIV+. homoseksual/heteroseksual

Pencegahan: lakukan hubungan seksual dengan pasangan sah dan tidak berganti-ganti pasangan

b. Parenteral

Penularan : jarum suntik serta transfusi darah yang terkontaminadi HIV

Pencegahan: lakukan sterilisasi alat suntik

c.Perinatal

Penularan : ibu hamil kepada bayi yang akan dilahirkan

Pencegahan: Melahirkan dengan cara sectio caesarea (sesar), menggunakan obat pencegah infeksi selama dan sesudah kelahiran bayi serta mengganti ASI dengan sus formula

              d. Diagnosa Laboratorium HIV/AIDS

 Seringkali penderita tidak mengetahui status mereka terinvensi HIV atau tidak. akan tetapi, bagi yang ingin mendeteksi dini, perlu dilakukan konseling pra tes. prosedur pemeriksaan laboratorium untuk penderita HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi A3 dan selalu didahului dengan konseling pra tes. untuk pemeriksaan pertama (A1) biasanya digunakan tes cepat untuk sensitifitas yang cukup tinggi, sedangkan untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3) digunakan perlengkapan tes dengan spesifitas yang lebih tinggi. 

 Karena antibodi biasanya terdeteksi sejak 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV (9%). jika hasil negatif, maka dilakukan tes ulang khususnya bila masih terus terdapat perilaku yang berisiko seperti melakukan hubungan seksual yang tidak terlindungi dengan penderita. 

                e. Faktor Resiko HIV/AIDS

1. Pekerja seks laki-laki maupun perempuan

2. Pengguna narkoba suntik

3. lelaki homoseksual

4. Melakukan hubungan seksual dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) 

5. Pernah mengidap penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)

6. Pernah mendapatkan transfusi darah atau resipien produk darah dari penderita

7. Suntikan, tato, tindik dengan menggunakan alat non steril

                f. Pertanda Perkembangan HIV/AIDS

1. Jumlah CD4

Kecepatan penurunan CD4 terbukti dapat dipakai sebagai petunjuk perkembangan penyakit AIDS dengan jumlah yang menurun secara bertahap selama perjalanan penyakit.

Kecepatan penurunan rata-rata dari waktu ke waktu adalah 100 sel/mL. seseorang yang dikatakan HIV-, CD4nya antara 500-1500 sel/mL (rata-rata>00 sel/mL). sedangkan ada penderita AIDS, jumlah CD4 dapat terus menurun sampai jumlah yang sangat rendah. jika CD4 di bawah 200 sel/mL maka berpotensi terkena infeksi oportunistik.

2. Muatan Viral plasma

Kecepatan peningkatan muatan viral dapat digunakan untuk memperkirakan perkembangan infeksi HIV. Muatan viral meningkat secara bertahap dari waktu ke waktu.



Daftar Pustaka:

Dipiro, J.,Talbert,dkk. 2008. Pharmacoterapy A Pathophysiologic Approach, 7th Edition. Washington DC : Micc Grow Hill

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS secara Sukarela (VCT). Jakarta : Dirjen PP& pl Press

katadata.com

Ayosehat.kemkes.go.id

Nila A,dkk.2016. Farmakologi Kelas XII. Bogor :APMFI PRESS

Sukandar,E.Y.2009.ISO Farmakoterapi. Jakarta Barat  PT ISFI



Definisi Istilah


CD4 adalah jenis sel darah putih yang memiliki peran sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh

Infeksi Oportunistik adalah infeksi pada berbagai macam organ yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri

Maculapapular adalah campuran makula (area kulit datar yang berubah warna) dan papula (benjolan kecil) yang biasanya menutupi area kulit yang luas

Meningitis Aseptik adalah peradangan pada lapisan otak (meningens)

Morbiliform adalah ruam yang terlihat seperti campak

Viral Load (muatan virus) adalah jumlah virus yang terdapat dalam kelenjar tubuh






1 Komentar

Lebih baru Lebih lama